Ritual Sesat Keagamaan Syiah Saat Peringatan Hari Asyura- melukai diri |
SEJARAH SYIAH
Di
bawah ini adalah ringkasan sejarah kelompok Rafidhah (sebutan yang
diberikan para ulama terhadap aliran Syi’ah), kanker yang menggerogoti
umat islam dan penyakit yang menular, kami akan menyebutkan - dengan
izin Allah - peristiwa-peristiwa nyata dan penting yang pernah dilalui
dalam sejarah mereka. Semoga ringkasan singkat ini mampu membuka
pandangan mayoritas Ahlus Sunnah yang telah termakan isu dan
slogan-slogan pendekatan antara Islam dan Rafidhah.
14 H.
Pada tahun inilah pokok dan asas dari kebencian kaum Rafidhah terhadap
Islam dan kaum muslimin, karena pada tahun ini meletus perang Qadisiyyah
yang berakibat takluknya kerajaan Persia Majusi, nenek moyang kaum
Rafidhah. Pada saat itu kaum muslimin dibawah kepemimpinan Umar bin
Khattab Radhiyallahu ‘anhu.
16 H. Kaum
muslimin berhasil menaklukkan ibu kota kekaisaran Persia, Mada’in.
Dengan ini hancurlah kerajaan Persia. Kejadiaan ini masih disesali oleh
kaum Rafidhah hingga saat ini.
23 H.
Abu Lu’lu’ah Al-Majusi yang dijuluki Baba ’Alauddin oleh kaum Rafidhah
membunuh khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Dan ini merupakan
salah satu simbol mereka dalam memusuhi Islam.
34 H. Munculnya
Abdullah bin saba’, si yahudi dari yaman yang dijuluki Ibnu Sauda’
berpura-pura masuk Islam, tapi menyembunyikan kekafiran dalam hatinya.
Dia menggalang kekuatan dan melancarkan provokasi melawan khalifah
ketiga Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu hingga khalifah tersebut
dibunuh oleh para pemberontak karena fitnah yang dilancarkan oleh Ibnu
Sauda’ (Abdullah bin Saba’) pada tahun 35 H. Keyakinan yang diserukan
oleh Abdullah bin Saba’ ini berasal dari pokok-pokok ajaran Yahudi,
Nasrani dan Majusi yaitu menuhankan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘anhu, wasiat, raj’ah, wilayah, keimamahan, bada’ dan lain-lain.
36 H.
Malam sebelum terjadinya perang Jamal, kedua belah pihak telah sepakat
untuk berdamai. Mereka bermalam dengan sebaik-baik malam sementara
Abdullah bin Saba’ beserta pengikutnya bermalam dengan penuh
kedongkolan. Lalu dia membuat provokasi kepada kedua belah pihak hingga
terjadilah fitnah seperti yang diinginkan oleh Ibnu Saba’. Pada masa
kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, kelompok Abdullah bin Saba’ datang
kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu seraya berkata, “Kamulah,
kamulah!!” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Siapakah saya?”, mereka
berkata: “Kamulah sang pencipta!”, lalu Ali bin Abi Thalib menyuruh
mereka untuk bertaubat tapi mereka menolak. Kemudian Ali bin Abi Thalib
menyalakan api dan membakar mereka.
41 H.
Tahun ini adalah tahun yang paling dibenci oleh kaum Rafidhah karena
tahun ini dinamakan tahun jama’ah (tahun persatuan) kaum muslimin
dibawah pimpinan sang penulis wahyu, khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Radhiyallahu ‘anhu, dimana Hasan bin Ali bin Abi Thalib menyerahkan
kekhilafahan kepada Mu’awiyah. Maka dengan ini surutlah tipu daya kaum
Rafidhah.
61 H.
Pada tahun ini Husein bin Ali Radhiyallahu ‘anhu terbunuh di karbala
yaitu pada hari ke-10 bulan muharram setelah ditinggalkan oleh para
penolongnya dan diserahkan kepada pembunuhnya.
260 H. Hasan
Al-Askari meninggal dunia, namun kaum Rafidhah menyangka bahwa imam
ke-12 yang ditunggu-tunggu (Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari) telah
bersembunyi di sebuah sirdab (ruang bawah tanah) di samurra’ dan akan
kembali lagi ke dunia.
277 H.
Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah kufah
dibawah kendali Hamdan bin Asy’ats yang dikenal dengan julukan Qirmith.
278 H. Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah Bahrain dan Ahsa’ yang dipelopori oleh Abu Sa’id Al-Janabi.
280 H.
Munculnya kerajaan Zaidiyah beraliran Rafidhah di Sha’dah dan Shan’a
daerah Yaman, dibawah kepemimpinan Al-Husein bin Al-Qasim Ar-Rasiy.
297 H. Munculnya kerajaan Ubaidiyin di Mesir dan Maghrib (Maroko) yang didirikan oleh Ubaidillah bin Muhammad Al-Mahdi.
317 H.
Abu Thahir Ar-Rafidhi Al-Qurmuthi sampai dan memasuki kota Mekah pada
hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) lalu membunuh para jamaah haji di masjidil
Haram serta mencongkel hajar Aswad dan membawanya ke tempat ibadah
mereka di Ahsa’. Dan hajar Aswad itu berada disana sampai tahun 355 H.
Kerajaan mereka tetap eksis di Ahsa’ hingga tahun 466 H. Pada tahun ini
berdirilah kerajaan Hamdaniyah di Mousul dan Halab kemudian tumbang pada
tahun 394 H.
329 H.
Pada tahun ini Allah telah menghinakan kaum Rafidhah karena pada tahun
ini dimulailah Ghaibah Al-Kubra atau menghilang selamanya. Menurut
mereka, imam Rafidhah yang ke-12 telah menulis surat dan sampai kepada
mereka yang bunyinya: “Telah dimulailah masa menghilangku dan aku tidak
akan kembali sampai masa yang diizinkan oleh Allah, maka barangsiapa
yang mengatakan bahwa dia telah berjumpa denganku maka dia adalah
pendusta dan telah tertipu.” Semua ini mereka lakukan dengan tujuan
menghindari akan banyaknya pertanyaan orang-orang awam kepada ulama
mereka tentang keterlambatan Imam Mahdi keluar dari persembunyiannya.
320-334 H.
Munculnya kerajaan Buwaihiyah beraliran Rafidhah di daerah Dailam yang
didirikan oleh Buwaih bin Syuja’. Mereka membuat kerusakan-kerusakan di
kota Baghdad, Iraq, sehingga orang-orang bodoh pada masa itu mulai
berani memaki-maki para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
339 H. Hajar Aswad dikembalikan ke Mekkah atas rekomendasi dari pemerintahan Ubaidiyah di mesir.
352 H.
Pemerintahan Buwaihiyun mengeluarkan peraturan untuk menutup
pasar-pasar pada tanggal 10 muharram dan meliburkan semua kegiatan jual
beli. Lalu para wanita keluar rumah tanpa mengenakan jilbab dengan
memukul-mukul diri mereka di pasar-pasar. Pada saat itulah pertama kali
dalam sejarah diadakan perayaan kesedihan atas meninggalnya Husein bin
Ali bin Abi Thalib.
358 H.
Kaum Ubaidiyun beraliran Rafidhah menguasai Mesir. Salah satu
pemimpinya yang terkenal adalah Al-Hakim Biamrillah yang mengklaim
dirinya sebagai Tuhan dan menyeru kepada ajaran reinkarnasi. Dengan
runtuhnya kerajaan ini pada tahun 568 H muncullah gerakan Druz yang
berfaham kebatinan.
402 H.
Keluarnya pernyataan kebatilan nasab Fatimah yang digembar-gemborkan
oleh penguasa kerajaan Ubaidiyah di Mesir dan menjelaskan ajaran mereka
yang sesat dan mereka adalah zindiq dan telah dihukumi kafir oleh seluru
ulama’ kaum muslimin.
408 H.
Penguasa kerajaan Ubaidiyah di Mesir yang bernama Al-Hakim Biamrillah
mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Salah satu dari kehinaannya adalah
dia berniat untuk memindahkan kubur Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam
dari kota madinah ke mesir sebanyak 2 kali. Yang pertama adalah ketika
dia disuruh oleh beberapa orang zindik untuk memindahkan jasad Nabi
Sallallahu Alaihi Wasallam ke Mesir. Lalu dia membangun bangunan yang
megah dan menyuruh Abul Fatuh untuk membongkar kubur Nabi Sallallahu
‘Alaihi Wasallam lalu masyarakat tidak rela dan memberontak sehingga
membuat dia mengurungkan niatnya. Yang kedua ketika mengutus beberapa
orang untuk membongkar kuburan Nabi. Utusan ini tinggal didekat mesjid
dan membuat lobang menuju kubur Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu
makar itupun ketahuan dan utusan tersebut dibunuh.
483 H.
Munculnya gerakan Al-Hasyasyin yang menyeru kepada kerajaan Ubaidiyah
berfaham Rafidhah di Mesir didirikan oleh Al-Hasan As-Shabah yang
berketurunan darah persia. Dia memulai dakwahnya di wilayah persia tahun
473 H.
500 H.
Penguasa Ubaidiyun membangun sebuah bangunan yang megah di Mesir dan
diberi nama mahkota Al-Husein. Mereka menyangka bahwa kepala Husein bin
Ali bin Abi Thalib dikuburkan di sana. Hingga saat ini banyak kaum
Rafidhah yan pergi berhaji ke tempat tersebut. Kita bersyukur kepada
Allah atas nikmat akal yang diberikan kepada kita.
656 H.
Penghianatan besar yang dilakukan oleh Rafidhah pimpinan Nasiruddin
At-Thusi dan Ibnul Alqomi yang bersekongkol dengan kaum Tartar Mongolia
sehingga kaum Tartar masuk ke Baghdad dan membunuh lebih dari 2 juta
muslim dan membunuh sejumlah besar dari Bani Hasyim yang seolah-olah
dicintai oleh kaum Rafidhah. Pada tahun yang sama muncullah kelompok
Nushairiyah yang didirikan oleh Muhammad bin Nusair berfaham Rafidhah
Imamiyah.
907 H.
Berdirinya kerajaan Shafawiyah di Iran yang didirikan oleh Syah Ismail
bin Haidar Al-Shafawi yang juga seorang Rafidhah. Dia telah membunuh
hampir 2 juta muslim yang menolak memeluk madzhab Rafidhah. Pada saat
masuk ke Baghdad dia memaki-maki Khulafa’ Rasyidin di depan umum dan
membunuh siapa saja yang tidak mau memeluk madzhab Rafidhah. Tak
ketinggalan pula dia membongkar banyak kuburan orang-orang Sunni (Ahlus
Sunnah) seperti kuburan Imam Abu Hanifah.
Termasuk
peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Shafawiyah adalah
ketika Shah Abbas berhaji ke Masyhad untuk menandingi dan memalingkan
orang-orang yang melakukan haji ke Mekah. Pada tahun yang sama
Shadruddin Al-Syirazi memulai dakwahnya kepada madzhab Baha’iyah. Mirza
Ali Muhammad Al-Syirazi mengatakan bahwa Allah telah masuk ke dalam
dirinya, setelah mati dia digantikan oleh muridnya Baha’ullah. Sementara
itu di India muncul kelompok Qadiyaniyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad
yang mengatakan bahwa dirinya ialah Nabi dan keyakinan-keyakinan lainnya
yang batil. Kerajaan Safawiyah berakhir pada tahun 1149 H.
1218 H.
Seorang Rafidhah dari Irak datang ke daerah Dar’iyah di Najd dan
menampakkan kesalehan serta kezuhudannya. Pada suatu hari, dia shalat di
belakang Imam Muhammad bin Su’ud lalu diapun membunuhnya ketika sedang
sujud dalam shalat Ashar dengan menggunakan belati yang disembunyikan
dan telah dipersiapkannya. Semoga Allah memerangi kaum Rafidhah para
pengkhianat.
1289 H.
Pada tahun ini buku Fashlul Khitab fi Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil
Arbab (kalimat penjelas bahwa kitab Allah telah diselewengkan dan
diubah) karangan Mirza Husain bin Muhammad An-Nuri At-Thibrisi. Kitab
ini memuat pendapat dan klaim-klaim Rafidhah bahwasanya Al-Qur’an yang
ada saat ini telah diselewengkan, dikurangi dan ditambah.
1366 H.
Sebuah majalah Rafidhah dengan nama Birajmil Islam terbit dengan memuat
syair-syair yang mengutamakan tanah karbala atas Mekkah Al-Mukarramah.
Ia karbala tanah membentang, thawaflah tujuh kali pada tempat kediamannya,
Tanah mekkah tak memiliki keistimewaan dibanding keistimewaannya,
Sebongkah tanah, meski hamparan gersang adanya,
Mendekat dan mengangguk-angguk bagian atasnya kepada bagian yang dibawahnya.
1389 H.
Khomeini menulis buku Wilayatul faqih dan Al-Hukumah Al-Islamiyah.
Sebagian kekafiran yang ada pada buku tersebut (Al-Hukumah Al-Islamiyah,
hal. 35) : Khomeini berkata bahwa termasuk keyakinan pokok dalam
madzhab kami adalah bahwa para imam kami memiliki posisi yang tidak
dapat dicapai oleh para malaikat dan para Nabi sekalipun.
1399 H.
Berdirinya pemerintahan Rafidhah di Iran yang didirikan oleh penghianat
besar Khomeini setelah berhasil menumbangkan pemerintahan Syah di Iran.
Ciri khas negara Syi’ah Iran ini adalah mengadakan demonstrasi dan
tindakan anarkis atas nama revolusi Islam di tanah suci Mekah pada hari
mulia yaitu musim haji pada setiap tahun.
1400 H.
Khomeini menyampaikan pidatonya pada peringatan lahirnya Imam Mahdi
fiktif mereka pada tanggal 15 sya’ban. Sebagian pidatonya berbunyi
demikian : “Para Nabi diutus Allah untuk menanamkan prinsip keadilan di
muka bumi tapi mereka tidak berhasil, bahkan Nabi Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam yang diutus untuk memperbaiki kemanusiaan dan menanamkan
prinsip keadilan tidak berhasil.. yang akan berhasil dalam misi itu dan
menegakkan keadilan di muka bumi serta dapat meluruskan segala
penyimpangan adalah Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu….” Begitulah menurut
Khomeini para Nabi telah gagal, termasuk Nabi Muhammad Sallallahu
‘Alaihi Wasallam sementara revolusi kafirnya dianggapnya sebagai suatu
keberhasilan dan keadilan.
1407 H.
Jamaah haji iran mengadakan demonstari besar-besaran di kota Mekah pada
hari jum’at di musim haji tahun 1407 H. Mereka melakukan tindakan
perusakan di kota Mekah seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang
mereka kaum Al-Qaramithah, mereka membunuh beberapa orang aparat
keamanan dan jamaah haji, merusak dan membakar toko, menghancurkan dan
membakar mobil-mobil beserta mereka yang ada di dalamnya. Jumah korban
saat itu mencapai 402 orang tewas, 85 dari mereka adalah aparat keamanan
dan penduduk Saudi.
1408 H. Mu’tamar Islam yang diadakan oleh Liga Dunia Islam di Mekah mengumumkan fatwa bahwa Khomeini telah kafir.
1409 H.
Pada musim haji tahun ini kaum Rafidhah meledakkan beberapa tempat di
sekitar Masjidil Haram di kota Mekah. Mereka meledakkan bom itu tepat
pada tanggal 7 Dzulhijjah dan mengakibatkan tewasnya seorang jamaah haji
dari Pakistan dan melukai 16 orang lainnya serta mengakibatkan
kerusakan materi yang begitu besar. 16 pelaku insiden itu berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1410 H.
1410 H.
Khomeini meninggal dunia, semoga Allah memberinya balasan yang
setimpal. Kaum Rafidhah membangun sebuah bangunan diatas kuburannya yang
menyerupai ka’bah di Mekah, semoga Allah memerangi mereka.
Dan
akan senantiasa terus berulang sejarah tentang peristiwa dan
pengkhianatan mereka dengan tujuan menghancurkan islam dan melemahkan
kita kaum muslimin, ketahuilah wahai kaum muslimin, setiap kali ada
pengkhianatan hampir pasti dibelakangnya ada campur tangan kaum
Rafidhah.
SEJARAH SYIAH DI INDONESIA
Quraish Shihab (pentolan Syiah), menyambut baik peluncuran ‘Buku Putih Mazhab Syiah’ |
Perlu
diketahui, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta,
sebelum tahun 2000 telah menerbitkan buku tentang ratusan ulama yang
dibantai di Iran zaman kekuasaan Khumeini, dan masjid-masjid Ahlus
Sunnah yang dihancurkan di Iran. Daftar nama para Ulama Sunni
yang dibantai dan masjid-masjid Sunni yang dihancurkan itupun
dicantumkan dengan jelas disertai riwayat singkatnya.
Sebegitu
ganasnya kebengisan Syi’ah di Iran terhadap para Ulama Sunni,
Masjid-masjid Sunni; bahkan maraji’ (buku-buku rujukan/referensi) Sunni
pun dibersihkan alias dimusnahkan. Namun anehnya
di Indonesia, perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah justru
menerima dengan welcome terhadap referensi dari Iran, bahkan Iran telah
memiliki 12 Iranian Corner di perguruan-perguruan tinggi Islam (negeri)
dan Muhammadiyah di Indonesia. Perpustakaan-perpustakan Iran di
perguruan tinggi Islam di Indonesia yang berjumlah 12 temnpat itu
alhamdulillah telah dimusnahkan oleh Allah Ta’ala yang satu Iranian
Corner yaitu di UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta)
ketika terkena musibah jebolnya tanggul Situ Gintung di Cierendeu
Tangerang Banten, Jum’at shubuh, 1 Rabi’ul Akhir 1430H/ 27 Maret 2009.
Rektor
UMJ tampak meratapi karena kerugiannya mencapai 9-10 miliar rupiah, di
antaranya Iranian Corner itu. Kalau memang dia sayang-sayang terhadap
Islam Sunni, maka barangkali mau mengingat Allah, mengakui bahwa jelas
di antara upayanya itu adalah menyuntikkan kesesatan dan penyesatan.
Sehingga kalau mau sadar, maka rector UMJ maupun Muhammadiyah justru
perlu memikir ulang, menimbang-nimbang lagi, apakah tidak besar
madharatnya dengan menerima Iranian Corner di berbagai Universitas
Muhammadiyah itu. Namun kalau cara berfikirnya model mantan rector UMS
Malang, Malik Fajar, apalagi hanya buku-buku dari Iran, sedang buku-buku
dari Israel pun dia terima sejak kira-kira tahun 1995-an. Hal itu
dikemukakan oleh seorang petugas ketika Menteri Agama yang lalu, dr Tarmidzi Taher, datang ke kampus Universias Muhammadiyah Malang.
Di antara perguruan Tinggi Islam yang memiliki Iranian Corner, menurut Majalah Hidayatullah April 2009 adalah: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta
(alhamdulillah Iranian Corner di UMJ ini telah musnah terkena banjir
Situ Gintung, red) Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bisa
dibayangkan, Yogyakarta, satu kota saja ada 3 Iranian Corner; yang satu
UIN, yang dua Muhammadiyah (?). Tampaknya Muhammadiyah ini tidak
kapok-kapoknya. Dulu yang menyambut baik kedatangan aliran sangat sesat,
Ahmadiyah, itu juga Muhammadiyah, walau belakangan mengakui
kesalahannya atas keterlanjuran selama itu berangkulan dengan Ahmadiyah.
Namun pengakuan kesalahan itu tampaknya tidak diujudkan oleh generasi
belakangan, bahkan terkesan ogah-ogahan dalam menghadapi Ahmadiyah
bersama Muslimin yang bersemangat untuk meminta agar Ahmadiyah
dibubarkan. Bahkan sebagian orang Muhammadiyah tampak bersuara membela.
Ini aneh sekali.
Sebaliknya,
kadang Muhammadiyah dalam kiprahnya, justrunyerempet-nyerempet hal yang
tidak berguna, dan mengandung masalah. Seperti untuk mengadakan hajat
Muktamar Muhammadiyah di Jogjakarta mendatang, akan dibesar-besarkan
dengan kesenian kolosal dengan mempercayakan sebagai supervisinya kepada
sutradara yang sedang bermasalah dengan Ummat Islam yakni Hanung
Bramantyo. Acara itu sebagai berikut:
Menandai
kesiapan Kota Jogja menyambut kegiatan akbar itu, 18 Juli mendatang,
panitia akan menggelar pagelaran kolosal Langen Carita dengan tema
”Sumunaring Surya Cahyaning Nagari”.
Rencananya,
gelaran itu akan disajikan di Stadion Mandala Krida dengan melibatkan
3.000 pemain dari beberapa kelompok masyarakat. “Selain siswa-siswa SD,
SMP,dan SMA, juga diikuti ortom Muhammadiyah diantaranya , IRM, IPM,
Tapak Suci, Hisbul Wathan, Aisyiyah, NA, AMM, Pemuda Muhammadiyah,”
terang Ketua Pelaksana Kegiatan Herman “Doddy” Isdarmadi.
Masyarakat,
lanjut dia, juga akan diundang dalam acara ini. Setidaknya akan ada 60
ribu audience yang diundang. Kepada peserta diwajibkan berpakaian santri
zaman dulu. Dalam pergelaran itu, akan digambarkan perjalanan
Muhammadiyah. Pagelaran ini disutradarai Harsoyo dengan supervisi Hanung
Bramantyo. (Radar Yogya [ Rabu, 08 April 2009 ]).
Sementara itu sebenarnya seperti apa Hanung itu. Berikut ini mari kita ulang sejenak:
Menurut
Hanung, banyak protes yang ditujukan kepada dirinya di balik kesuksesan
film Ayat-ayat Cinta. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang
menganggap Hanung pro poligami dan Ayat-ayat Cinta mencerminkan budaya
patriarki yang merugikan kaum perempuan. Oleh karena itu, Hanung pun
bergegas membuat film Perempuan Berkalung Sorban.
Nah,
melalui film Perempuan Berkalung Sorban inilah Hanung membayar
hutangnya, dengan membuat film yang turut memperjuangkan tema-tema
feminisme yang content-nya sejalan dengan materi perjuangan para
liberalis dan pegiat kesetaraan gender. Dalam bahasa sederhana, Hanung
didukung oleh kalangan pro kesesatan. Jadi, Hanung –kalu berdaya nalar
yang panjang– mestinya faham bila ada ulama yang menyesatkan karyanya.
Film
Perempuan Berkalung Sorban dibuat berdasarkan novel karya Abidah El
Khalieqy yang pernah diterbitkan oleh Yayasan Kesejahteraan Fatayat dan
the Ford Foundation. Menurut Indra Yogi, The Ford Foundation terlanjur
mempunyai citra yang tidak bagus. Di Indonesia, Ford Foundation pernah ikut menerbitkan sebuah buku berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid
yang diterbitkan secara bersama antara Paramadina, Yayasan Adikarya
Ikapi, di tahun 1999. Buku tersebut aslinya merupakan disertasi Greg Barton (1995) tentang kemunculan pemikiran liberal di kalangan pemikir Indonesia.
Selain
itu, menurut Indra Yogi, Ford Foundation merupakan donatur penting bagi
International Center for Islam and Pluralism (ICIP). Antara lain donasi
yang pernah disalurkan Ford Foundation kepada ICIP adalah berupa
dana segar sebesar satu juta dolar Amerika (US$ 1,000,000), yang
ditujukan untuk Web-based distance learning courses to enable adolescent
and adult Muslims in poor communities to continue their secular
education. (Kursus jarak jauh melalui situs internet yang memungkinkan
orang Islam dewasa yang berasal dari komunitas miskin untuk melanjutkan
pendidikan sekularnya).
Menurut
catatan Adian Husaini, ICIP merupakan salah satu lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang sangat aktif menyebarkan paham Pluralisme Agama di
pondok-pondok pesantren, juga aktif menyebarkan paham kesetaraan
gender. Salah satu tokoh beken dari ICIP adalah Syai’i Anwar.
Jadi,
pendukung utama Hanung di dalam membuat filmPerempuan Berkalung Sorban
ini adalah mereka yang selama ini aktif membela-bela kesesatan, antara
lain Musdah Mulia. Sebagai aktivis kesetaraan gender, Musdah tidak
setuju dengan seruan boikot yang dikumandangkan Ali Mustafa Yakub.
Karena, menurut Musdah, film Perempuan Berkalung Sorban justru
mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan dengan
mengatas-namakan agama. (nahimunkar.com,February 10, 2009 8:46 pm admin
Artikel,Fenomena Sinetron dan Film Indonesia Bertendensi Merusak Citra
Islam).
Aktif di Lembaga Iran
==============
Kembali tentang Syi’ah di Indonesia, lebih dari itu, Iran memiliki lembaga pusat kebudayaan Republik Iran, ICC (Islamic Cultural Center), berdiri sejak 2003 di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Dari
ICC itulah didirikannya Iranian Corner di 12 tempat tersebut, bahkan
ada orang-orang yang aktif mengajar di ICC itu. Menurut Majalah
Hidayatullah yang mewawancarai pihak ICC, di antara orang-orang yang
mengajar di ICC itu adalah kakak beradik: Umar
Shihab ( salah seorang Ketua MUI –Majelis Ulama Indonesia Pusat–?) dan
Prof Quraish Shihab (mantan rector IAIN Jakarta dan Menteri Agama zaman
Soeharto selama 70 hari, pengarang tafsir Misbah), Dr Jalaluddin
Rakhmat, Haidar Bagir, dan O. Hashem penulis produktif yang meninggal
akhir Januari 2009. Begitu juga sejumlah keturunan alawiyin atau habaib,
seperti Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.
Di
samping itu banyak tokoh Islam Indonesia yang diundang untuk berkunjung
ke Iran, kemudian ngomongnya sudah pelo, ada yang menganggap perbedaan
Syi’ah dengan Sunni bukan perbedaan principal dan sebagainya. Tanpa
malu-malu mereka telah menjilat Iran, padahal negeri itu adalah
pembantai Ulama-ulama Sunni, bahkan penghancur masjid-masjid dan
kitab-kitab rujukan Sunni.
Syi’ah
di Iran yang memusnahkan Ahlis Sunnah itu di Indonesia berpenampilan
seakan lemah lembut. Hingga banyak kaum ibu yang tertarik ikut ke
pengajian-pengajian mereka. Bahkan Syi’ah merekrut para pemuda untuk
diberi bea siswa untuk dibelajarkan ke Iran. Kini ada 300-an mahasiswa
Indonesia yang dibelajarkan di Iran, disamping sudah ada 200-an yang
pulang ke Indonesia dengan mengadakan pengajian ataupun mendirikan
yayasan dan sebagainya. Di antaranya seperti ditulis
MajalahHidayatullah:
Sekembalinya
ke tanah air, para lulusan Iran ini aktif menyebarkan faham Syi’ah
dengan membuka majelis taklim, yayasan, sekolah, hingga pesantren. Di
antaranya Ahmad Baraqbah yang mendirikan Pesantren al-Hadi di Pekalongan
(sudah hangus dibakar massa), ada juga Husein al-Kaff yang mendirikan
Yayasan Al-Jawwad di Bandung, dan masih puluhan yayasan Syi’ah lainnya
yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Menurut
pusat data lembaga penelitian Syi’ah di Yogyakarta, Rausyan Fikr,
seperti disampaikan dalam makalah yang ditulis oleh Pengurus wilayah
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Yogyakarta, AM Safwan, pada
tahun 2001, terdapat 36 yayasan Syi’ah di Indonesia dengan 43 kelompok
pengajian. Sebanyak 21 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat provinsi,
dan 33 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat kabupaten. Kota.
Tidak
hanya melalui pengajian, upaya penyebaran paham Syi’ah juga gencar
dilakukan melalui penerbitan buku. Menurut hasil hitungan Rausyan Fikr,
hingga Februari 2001 saja, tidak kurang 373 judul buku mengenai Syi’ah
telah diterbitkan oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia. (Majalah
Hidayatullah, Rabi’ul Tsani 1430H/ April 2009, halaman 29).
Itu belum kerjasamanya dengan para pengusung bid’ah dan bahkan pihak gereja. (lihat nahimunkar.com, Kelompok Sesat Syiah “Mengaji’ ke Gereja, January 15, 2009 3:51 am admin Artikel).
Pada 10 Muharram 1430 H, al-hamdulillah pihak MUI bersama pengurus dan
pegiat Masjid At-Taqwa di Cirebon Jawa Barat bekerjasama dengan Polisi
berhasil membatalkan akan diselenggarakannya haul Imam Husein di Masjid
At-Taqwa. Acara haul itu menghadirkan seorang petinggi NU (Nahdlatul
Ulama), Said Agil Siraj. Namun acara itu
tetap diselenggarakan dengan dialihkan ke Keraton Kasepuhan, dan
dikhabarkan, Said Agil Siraj marah-marah dengan adanya pembatalan di
Masjid At-Taqwa ini.
Lhah, kenapa marah-marah? Padahal, pendiri NU sendiri, KH Hasyim Asy’ari adalah orang yang tidak mau adanya Haul (peringatan tahunan orang meninggal).
Al-Marhum Pak ‘Ud (Yusuf Hasyim) putera Hasyim Asy’ari sendiri mengakui
bahwa bapaknya (Hasyim Asy’ari) memang tidak mau adanya haul. Kok sekarang, generasi belakangan, justru bukan hanya mengadakan haul, tetapi haul dengan berbau-bau Syi’ah lagi. Ini mestinya dari kalangan NU perlu meluruskannya kembali, agar tidak semakin kebablasan. Yakni bid’ah plus aliran sesat, itu saja Syi’ah ini adalah induk dari aneka kesesatan.
Dari
kenyataan itu, Syi’ah di Iran sebegitu ganasnya dalam membunuhi Ulama
Sunni, menghancurkan masjid-masjid Sunni, dan membersihkan kitab-kitab
rujukan Sunni. Tetapi di Indonesia justru lembaga-lembaga perguruan
tinggi Islam negeri dan Muhammadiyah mendirikan Iranian Corner di 12
tempat, masih pula sebagian tokoh Ormas Islam besar lainnya yang justru
mengklaim bahwa merekalah yang Ahlus Sunnah ternyata tampak
mengais-ngais proyek atau kegiatan dari Syi’ah. Sambil sesekali berkilah
bahwa ada tradisi-tradisi NU yang dari Syi’ah.
Apa sebenarnya yang mereka bela?
Semoga
Allah menunjuki hamba-hamba-Nya yang ingin menegakkan agama-Nya yang
bersifat memberantas kesesatan, apalagi induk kesesatan yang membenci
kebenaran. Dan semoga Allah menghindarkan Muslimin yang teguh dari aneka
bujukan dan rayuan para penyesat yang kini di Indonesia merasa
mendapatkan angin longgar hingga ada yang duduk di MUI, perguruan tinggi
Islam, ormas-ormas Islam dan lembaga lainnya.
KEKEJAMAN SYIAH
--
Ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim syi’ah, dan ketika Ummat
Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para
penguasa syi’ah, saat itu pula di Indonesia misionaris syi’ah leluasa
menjajakan paham sesatnya di radio, suratkabar, televisi, hingga ke
perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN.
-- Kalangan
syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk menjadi
penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai minoritas pun
mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara
kafir yang memusuhi Islam.
--
Itulah sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham syi’ah merupakan
minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak
lagi bertaqiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011 lalu,
menunjukkan hal itu. Secara akal, bila tidak ada kasus Sampang, boleh
jadi kewaspadaan Ummat Islam terhadap gerakan syi’ah yang sudah
sedemikian berani dan nekat, tidak bangkit ke permukaan.
ADA
FENOMENA yang paradoks, ketika Umat Islam di Suriah dibantai rezim
Bashar Assad (kelahiran Damaskus, 11 September 1965) yang berpaham
syi’ah Nushairiyah; dibantai di Iran yang merupakan pusatnya paham sesat
syi’ah, bahkan di Teheran ibukota Iran tidak ada satu pun masjid Sunni
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah); di Indonesia yang
konon berpaham Ahlussunnah wal jama’ah ini, para misionaris syi’ah
justru leluasa mempropagandakan bahwa syi’ah itu bagian dari Islam, atau
merupakan salah satu madzhab dalam Islam.
Para
misionaris syi’ah itu seolah tidak terusik oleh fakta kekejaman
kalangan syi’ah di Suriah dan di Iran yang membunuhi Ummat Islam. Para
misionaris itu tetap saja menjajakan kebohongan bahwa syi’ah dan
ahlussunnah wal jama’ah itu sama-sama Islam yang layak hidup
berdampingan, jangan membesar-besarkan perbedaan, syi’ah itu Islam juga,
tuhannya Allah, nabinya Muhammad SAW dan sebagainya. Padahal iblis juga
mengakui Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Namun iblis mengingkari
perintah Allah dan wahyu-Nya yang disampaikan kepada Muhammad
Rasulullah.
Artinya,
dari segi tahuid, iblis justru terlihat lebih baik dari kalangan
Ahmadiyah yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah
Muhammad Rasulullah; juga lebih baik dari salah sekte syi’ah bathiniyah
yang mempertuhankan Ali bin Abi Thalib ra. Salah satu materi bid’ah yang
diprakarsai syi’ah bathiniyah adalah peringatan maulid Nabi. Di
Indonesia, peringatan maulid Nabi menjadi program “wajib” di kalangan
yang menyebut dirinya ahlussunnah wal jama’ah. Bahkan, mereka tidak
hanya ‘mewajibkan’ peringatan maulid, tetapi mencibir Ummat Islam yang
menolak peringatan maulid dengan sebutan wahabi.
Fakta kekejaman penguasa syi’ah di Suriah dapat diperoleh dari Wahid Shaqr. Menurut
juru bicara Gerakan Perubahan Nasional Suriah ini, selama satu tahun
revolusi Suriah berlangsung, lebih dari 15 ribu warga sipil muslim
Suriah gugur oleh serangan militer rezim Bashar Assad. Sebelumnya, menurut
ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi asal Suriah ketika berkunjung ke
Indonesia Februari lalu, sejak revolusi yang terjadi pada 15 Maret 2011,
rezim syi’ah Nushairiyah Bashar Assad menghancurkan wilayah pemukiman
penduduk Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dengan tank, roket, dan
serangan bom.
Bahkan
serangan militer yang brutal itu juga ditujukan kepada sejumlah masjid
yang di dalamnya masih berlangsung pelaksanaan ibadah shalat. Akibat
serangan itu, selama satu tahun revolusi, terdapat belasan ribu Ummat
Islam tewas di tangan rezim syi’ah ini, sedangkan sekitar 5.000 jiwa
lebih lainnya menderita luka-luka serius hingga ringan.
Masih
menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi, Ummat Islam yang lolos
dari lubang maut serangan brutal tersebut, dimasukkan ke dalam penjara.
Jumlahnya mencapai 100.000 lebih. Sebagian lainnya mengungsi ke Lebanon,
Turki, Jordan, Arab Saudi dan negara-negara lainnya, yang jumlahnya
mencapai lebih dari 500 ribu jiwa.
Di
Suriah, komunitas syi’ah adalah minoritas. Ketika mereka menguasai
kekuatan politik dan militer, maka warga Islam Sunni (Ahlus Sunnah wal
Jama’ah) yang jumlahnya mencapai 80 persen dari total penduduk Suriah
yang mencapai 20 juta jiwa ini pun menjadi sasaran pembantaian. Menurut
catatan, sekitar 10 persen penduduk Suriah adalah penganut syi’ah
Nushairiyah (yang sedang berkuasa), lima persen syi’ah bathiniyah, dan
lima persen lainnya penganut nasrani.
Jadi,
kalangan syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu
untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai
minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang
kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.
Itulah
sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham syi’ah merupakan
minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak
lagi bertaqiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011 lalu, menunjukkan hal itu.
Kalau tidak ada kasus Sampang, boleh jadi kewaspadaan Ummat Islam
terhadap gerakan syi’ah yang sudah sedemikian berani dan nekat, tidak
bangkit ke permukaan.
CIRI - CIRI PENGANUT SYIAH
Assalamu’alaikum, bagaimana kita bisa mengenal orang-orang Syiah dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang di
Qiblati. Cirri-ciri pengikut Syiah sangat mudah dikenali, kita dapat
memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
1) Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu.
Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia,
songkok mereka seperti songkok orang arab hanya saja warnanya hitam.
2) Tidak shalat jum’at.
Meskipun shalat jumat bersama jamaah, tetapi dia langsung berdiri
setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan
shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empar raka’at,
karena pengikut Syiah tidak meyakini keabsahan shalat Jum’at kecuali
bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
3) Pengikut
Syiah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam
yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa
kali.
4) Pengikut Syiah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5) Mayoritas
pengikut Syiah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/ tanah
yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak di dekat orang lain.
6) Jika anda perhatikan carany berwudhu maka anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
7) Anda tidak akan mendapatkan penganut Syiah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlussunnah.
8) Anda juga akan melihat penganut Syiah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husein radhiyallahu anhum.
9) Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
10) Pada bulan ramadhan penganut Syiah tidak langsung berbuka puasa setelah adzan maghrib;
dalam hal ini Syiah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa
jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka
berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak
shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai
bid’ah)
11) Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf.
12) Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syiah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali,
itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang
benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang
ditunggu kedatangannya.
13) Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
14) Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita
khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan
sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan
para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syiah. Oleh
sebab itu anda akan dapati;
15) Orang-orang
Syiah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putrid,
dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syiah sehingga dengan
leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik
dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya
ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syiah, maka para
pengikut Syiah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk
dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah.
Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada
dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syiah
menjerat mereka bergabung dengan agama Syiah.
Kesimpulannya,
ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih
banyak cirri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk
menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah
dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka
merah padam jika anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila anda
menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau
sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun
tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnya,
dengan hati yang terang Ahlussunnah dapat mengenali pengikut Syiah dari
wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika anda
perhatikan wajah mereka maka anda akan membuktikan kebenaran penilaian
ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan
menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para
ibunda kaum Muslimin radhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita
dan mereka semua. Wallahu a’lam
Dijawab Oleh Syekh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, Edisi Dzulhijjah 1433 H, hal 52-53.
No comments:
Post a Comment